Tuesday 24 February 2015

Pengalaman Beasiswa S1 Turki Chapter#6 Buku hijau itu bernama "Paspor"

Awal September 2013
Setelah loncat loncat kegirangan gitu, dan mengecek surat cinta di email. Ternyata aku benar-benar mendapatkan "Kabul Mektubu" alias acceptance letter yang sangat jelas dan terpampang nyata ini. Tanpa basa-basi saya langsung menuliskan list apa saja dokumen penting yang diperlukan.
Diantaranya  adalah sebagai berikut:
1. Foto diri (halah, gampang tinggal ke pengkolan warung foto kilat sebelah)
2. Acceptance letter yang dikopi beberapa lembar (tinggal nge print doang)
3. Paspor (eum.. eum.. paspor itu apaaaaaa?)
4. Visa (ini juga apaa?)
5. Ijazah yang telah diterjemahkan ke bahasa inggris (tinggal dikirim online aja ke email bapak Drs. Tatang Hadiono; seorang penerjemah tersumpah bahasa inggris di JKT)
Dari kebingungan tersebut hal yang paling gak ngerti adalah PASPOR. Weh, mau ke luar negeri, cuy!. *langsungmerasajadiorangpenting. Yah intinya karena gak ngerti itu jadi banyak nanya. Tapi nanya sama orang yang ngerti ya! Jangan sampai nanya ke nenek apalagi. Tambah gak ngerti lagi! Hehe. Ya udah, ga ada simbah wedok, simbah Google pun jadi. Dari wangsit simbah Google aku jadi ngerti bahwasanya bikin paspor itu ada 2 cara. Yang pertama bikin secara manual dan yang kedua bikin secara online. Akhirnya aku langsung apply paspor secara online di webnya dirjen kemenlu tepatnya di halaman BikinPasporOnline. Kalau daftar secara manual, dalam jangka waktu satu hari kemudian bisa kembali lagi ke kantor Imigrasi lagi untuk foto. Tapi kalau pakai online, di hari yang sama bisa langsung foto untuk pembuatan paspor. Kalau pembuatan paspor sih kira-kira harus menunggu 3-7 hari untuk pembuatan buku paspor tersebut selesai. Nah, aku pake yang online, soalnya enak kan gak buang-buang waktu. Hehe
Btw eniwe baswe kalau mau mengajukan paspor persyaratannya adalah membawa akta kelahiran/ ijazah asli. Selain itu fotokopi KTP dan fotokopi KK juga. Setelah berkas-berkas tersebut beres, aku langsung ke Kantor Imigrasi II Madiun. Dari Ponorogo cuma 1 jam setengah. Rutenya naik bus jurusan Surabaya. Lalu bilang ke pak sopir mau ke kantor imigrasi. Langsung deh diturunin di depannya langsung (ya iyalah pinggir jalan pas). Soalnya jalanan di Madiun itu berliku-liku membingungkan anak seusiaku iniiii (inget umur, mbakkkk...!)
Sesampai di depan kantor tersebut, aku disambut oleh angin jalanan. Jilbabku pun terburai terkena angin *tsaaah. Dan bapak-bapak petugas imigrasi yang lagi jaga(mungkin mereka menggosip). Bapak-bapak tersebut melihatku dengan tatapan yang aneh. Ketika melihat gadis belia tak berdosa ini mungkin mereka bertanya-tanya dalam benaknya"Ni bocil krucil ngapain ke kantor imigrasi?" Aku senyum unjuk gigi soalnya mau iklanin sikat gigi *****dent. Heheh, bapak itu semakin tak mengerti. Mereka tanya ke aku "Mbak mau bikin paspor?" Pertanyaan ini belum sampai aku jawab bapak lain udah tanya lagi "Mau kemana mbaknya?" Lalu aku jawab dengan polos "Mau ke Turki, pak..(masih unjuk gigi) dapat beasiswa kuliah" "Wah, selamat ya mbak!" Aku tunjukkan acceptance letter dari Turkiye Burslari dan mereka mengucapkan selamat lagi padaku. "Oh ya, pak permisi. Membuat paspor baru dimana ya?" "Ini mbak di ruangan samping. Formulir ini ambil dan diisi ya mbak." Aku lalu meninggalkan mereka dan ternyata masih saja menggosip. Ckckck
Karena aku mengajukan paspor baru secara online, ditangani secara cepat sama masnya petugas Imigrasi. Tentu saja mengambil nomor antrian dulu. Selama duduk di ruang tunggu, selain aku juga banyak orang bikin paspor baru. Saya menemukan orang yang beragam tujuan bikin paspor. Kebanyakan sih ibu-ibu mau umroh. Banyak juga TKW yang ke Malaysia atau ke Hongkong.

NGOBROL SAMA BULE
Di sampingku, duduklah seorang manusia berkulit pucat. Ia berkacamata dan gundul. Melihat ke kanan, lalu ke kiri. Ya sudahlah daripada bengong aku ajak ngobrol aja.
"Hi, how are you?"
"Ya i'm fine. You can speak english?"
"Yes i can. Where are you from?"
"I am from Norwegia"
"Really? Exciting. What are you doing in here?"
"I am waiting for my wife"
"Are you kidding? You married with Indonesian girl?"
"Ya. The woman who's standing next to that officer is my wife. I love her"
"How can you love indonesian girl. I mean how can you love?"
"As you know that, they can do massage very well" (apaah? cewe indo pintar memijat? astaghfirullah..)
"How long have you been here?"
"I've been here for 3 years. And i will bring her to my country in Norwegia."
"Good."
"And how about you?"
"Oh, i will go to Turkey. I got scholarship to study there. Do you know Turkey?" 
"Yes i have travelled Turkey. But only in Antalya"
"Anatolia?"
"No, Antalya."
"Oh, okay. I don't know. Because of i will go to Erzurum. I will study in Ataturk University and it was in East Anatolia."
"Wow, you're great."
"OK, This is my turn. see you then. Bye"
"Bye" 
Setelah percakapan gajelas sama bule itu tibalah masa dimana mengurus paspor bisa menyenangkan juga. Akhirnya waktunya aku buat foto. Yeay. Di ruang foto itu aku langsung pose ekspresi senyum (tapi gak unjuk gigi). Karena efek capek, keringetan, seharian boring banget nunggunya di Kantor imigrasi lama. Huh, di ruang tunggu tersebut diajak ngobrol lagi. Kali ini ketemu sama cewe seusiaku (katanya lulus SMA). Dengan senyum yang cerah dia bilang kalau mau ke Malaysia. Jadi TKW. Hmm, aku pribadi agak emosional ya kalau misalkan ada seorang bocah umur 18 tahun aja belum genap udah harus keluar negeri cari duit. Tapi mbaknya kelihatannya bahagia, tapi aku tahu kok dia ngelakuin itu bukan tanpa sebab. Entah sekarang mbaknya itu dimana. *hiks

4 HARI KEMUDIAN
Hai hai pemirsa semuanyaa.. aku kembali lagi nih ke Kantor Imigrasi II Madiun. Untuk pengambilan paspor. Dan, ya sudahlah kita lewatin aja tahapan ini. Yang jelas di tanganku sudah ada buku berwarna hijau ini. Paspor 48 Halaman! Yeay

OH PASPOR...PASPOR Pasporku? Uang? ATM? KTP? Hilang se DOMPET nya! ya ampyun cyin, langsung deh mati kutu. Udah deh ribut sekeluarga. Kami cari ke jalan jalan sekitar alun-alun Ponorogo. Lalu jalan lagi kemana mana, dan masih gak ketemu! Nenek sudah mengomel terus aku disuruh mengingat kejadian hilangnya dompet tersebut. Mommy juga bingung, nanya terus gimana kelanjutannya (yah mana aku ngerti mamaaa? aku sendiri ga tau harus ngapain). Pakdhe, Budhe, sama bingungnya. Mondar-mandir ke rumah aku buat memastikan udah ketemu apa belum. Kesimpulan terakhir yang didapat menurut ingatanku adalah: dompetku dicopet orang di bus waktu menuju ke Ponorogo! Pertengahan September ini aku udah harus ke Jakarta. Bikin Visa. Udah gak ada waktu lagi. Langsung deh telfon pihak Kedutaan Besar Turki untuk Indonesia. Mereka bilang it's okay ditunggu selama 5 hari. Selama itu apakah waktunya cukup?
Besoknya, setelah hari dimana hilangnya dompet itu terjadi, aku dan mommy pergi ke kantor desa untuk membuat KTP baru, beserta surat dokumen dan tetek bengeknya yang sangat ribet. Pulangnya sekitar adzan dzuhur berkumandang kami pergi ke kantor imigrasi Madiun untuk bikin paspor lagi. Sesampai disana, kami tanpa babibu ke ruangan pembuatan paspor tersebut. Untuk kasus kehilangan paspor beda tempat ternyata. Kami digiring ke ruangan bapak-bapak petugas Imigrasi yang penggosip itu. Aku menceritakan gimana kok bisa hilang paspor beserta dompetnya. Dibilanglah sama bapak itu;"Pembuatan paspor yang hilang itu bisa memakan waktu 3 bulan, ibu. Yang paling cepat itu sekitar 1 bulan. Karena paspor merupakan dokumen negara. Dan pengajuan yang ibu lakukan dari sini akan dikirim ke Dirjen Kemenlu di Jakarta. Prosesnya lama. Cobalah dicari dulu hingga ketemu." Aku gak percaya. Lalu aku memaksa ingin bertemu dengan pimpinan kantor Imigrasi. Aku tidak mau bapak-bapak penggosip ini menghalangi jalanku untuk bisa bikin paspor lagi. Aku nangis terus. Mommy melihatku dengan tatapan yang sedih. "Apa tidak bisa pak, diusahakan? Kasian anak ini, mau lanjutin lagi sekolah ke Turki. Sepanjang malam nangis terus sampai matanya bengkak gitu kehilangan paspor". "Ya kami juga sudah mengusahakan bu, mau apa dikata. Barang yang penting seperti paspor itu harusnya dijaga dengan baik. Paling tidak prosesnya itu satu bulan. Ya tinggal ditunggu saja. Saya doakan paspornya segera ketemu." "Ya sudah pak, kalau begitu. Kami mohon undur diri. Terimakasih banyak. Bapak boleh hubungi nomor saya bila ada apa-apa." Mommy menuntunku yang masih berjalan terseok seok. Aku masih gak rela meninggalkan kantor itu dengan tangan hampa. Ih, sedih banget gak sih?
Di depan kantor imigrasi itu ada sebuah warung bakso kikil dan es degan. Aku dan mommy menyeberang. Dengan kelembutan seorang ibu, dia menawari aku makan. Aku gak mau. Gak ada selera makan. Beliau makan dengan lahapnya, dan aku masih saja melamun. Mommy yang aku sayang itu bilang ; "Ya udah, gak usah nangis. Toh kalau kamu ditakdirkan ke Turki beneran juga bakal berangkat. Kalau paspornya gak ketemu, ya udah berarti takdirnya gak jadi pergi". Aku yang sedang mengumpulkan energi untuk berusaha kuat malah semakin rapuh aja rasanya. "Ya udah pulang aja wes vik.." Es degan yang ada di meja itu akhirnya aku tenggak juga sampai habis. Maklum, lah. Energi udah abis buat nangis doang. 
Kami pulang dengan bus. Suara pengamen menggema di telingaku. Karena tidak ada tempat duduk untuk dua orang, aku dan mommy duduk terpisah. Aku memikirkan kemungkinan apa saja yang bisa aku lakukan. Kalau bapak petugas imigrasi itu bilang sebulan baru bisa jadi. lalu apa dayaku yang hanya dikasih waktu sama pihak Kedutaan Turki cuma 5 hari. Oh, God. 
Di tengah keramaian bus dan juga suara pengamen, ibu memanggilku dari belakang. Namun aku tidak dengar apapun apalagi dengan berisiknya kebingungan dalam pikiranku. Lalu seorang wanita di sampingku bilang kalau ibuku memanggil. Aku berdiri dan menoleh ke belakang. Mommy sedang berbicara dengan seseorang di telefon, begitu melihatku dia bilang:
"Vik, paspormu ketemu!"
"Hah.. apa?!"
"Iya, ketemu. Ini tetangga telfon. Katanya ditemukan sama seseorang di jalan"
"Masa sih?"
"Ya ampun nduk, kamu bisa pergi ke Turki!"
"Mommyyyy....." Aku menghampirinya dan memeluknya. Aku teriak kegirangan. Senangnya bukan kepalang. Ah, hari ini. Aku menangis dengan hebat sekaligus tertawa dengan hebatnya. 

No comments:

Post a Comment