Wednesday 25 February 2015

Pengalaman Beasiswa S1 Turki Chapter#7 Visa

Beda waktu 5 jam, jarak 10.538 km
21 September 2013
Beberapa hal penting yang harus disiapkan ketika akan mengajukan visa; Paspor. Acceptance letter, Agreement letter, Foto diri, Uang untuk pembayaran visa senilai Rp. 570.000 (tahun 2013), Ijazah, SKHU, dan surat keterangan sehat dari rumah sakit yang telah diterjemahkan ke english.

MENERJEMAHKAN FILE KE ENGLISH
Setelah berlangsung beberapa waktu yang lalu setelah kejadian mengenaskan di Chapter#6 aku mengirim email kepada penerjemah tersumpah Bapak Tatang, beliau meminta aku untuk segera membayar jasa terjemah tersebut. Tapi beliau mengerti bahwa aku masih mengidap depresi pasca peristiwa itu, dan akhirnya beliau bilang kalau gak papa ngirimnya agak telat. Bahkan mengirimkan aku sebuah email yang berisi artikel tausyiah yang berisi tentang untuk tidak bersedih. Ada pesan "La tahzan, innallaha ma'anna". 
Bapak ini baik banget. Dalam hati aku juga gak enak sih, dan gak enak banget nunda nunda. Perasaan itu kayak file-filenya semua udah di tangan aku, dan aku masih belum bayar. Kayak barang haram gitu. Akhirnya saya transfer uang jasa terjemah itu lewat bank.

NYOK KE JAKARTA LAGI
Mengurus visa itu artinya saya harus ke kedutaan Turki, lagi. Capcus ke Jakarta ditemani teman saya yang manis bin cute yang udah dibahas di Chapter#4 Karena waktu itu dia sibuk banget, gak bisa nemenin saya ataupun nganterin. Huh, ya sudah. Langsung saya pergi pake Busway ke Kuningan. 1x perjalanan cuma dikenai Rp. 3.500 (dengan catatan kalau tidak keluar dari area Busway itu) otomatis kemanapun perginya hanya dikenai segitu aja. Rute nya waktu itu lewat Kampung Rambutan-Matraman-Kuningan. Bersyukur banget gedung Kedutaan Turki tepat berada di depan jalur pemberhentian Busway Kuningan. Jadi gak perlu jalan lama atau pake taksi. Udah sampai di depan Kedutaan Turki itu, seperti biasa HP, tas, dan KTP diminta oleh satpam Kedutaan Turki. Hanya berkas saja yang boleh dibawa ke dalam. Mas satpam itu menunjukkan tempat pembuatan visa yang berada di sebelah samping istana. Saya masuk bersama dengan beberapa anak yang sudah ada di dalam sedang menunggu. Saya salam dan senyum dengan petugas yang mengurus visa tersebut. Kata beberapa teman petugas di sana galak, ah kata siapa. Dia malah sempat bercanda dengan saya. Hehehe. Saya keluarkan buku sakti alias paspor, SKHU, Transkrip, Ijazah, dan surat keterangan sehat dari dokter yang asli dan yang telah di translate ke bahasa inggris. Dokumen-dokumen translate-an bahasa inggris yang sudah dilaminating ini ternyata suruh nyopotin semua sama petugasnya. Huh.. rempong cyin. Karena mau di stempel. Tak lupa juga agreement letter yang telah saya dan orang tua tanda tangani. Oh iya, uangnya ketinggalan di tas! "Eh, mbak. Ada uang Rp. 30.000 gak nih? Uang saya ada di dalam tas nih, tasnya di kantor satpam." tanyaku pada seorang siswa yang sepertinya juga penerima beasiswa. "Yah, ada nggak ya? Bentar deh aku lihat dulu. (merogoh sesuatu dari dalam dompet) Nih, mbak." "Wah, makasih ya."
Setelah keluar dari kantor kedutaan itu, kemudian aku dan mbak itu berkenalan. Sambil memberi uang yang aku pinjam tadi. Mbak manis itu namanya Citra. Dia dari Banyuwangi ternyata. Sama sama Jawa timur, to?. "Iya nih, mbak Silvi. Pertama kali kenalan udah langsung minjem duit" "Heheheh" Aku senyum nyengir.
Aku mencari dan mencari dalam satu angkatanku itu yang akan pergi bersama ke Turki. Mungkin saja dari 20-25 anak S1 yang diterima tahun ini, sekiranya ada teman yang akan menuju ke Erzurum. Satu.. saja! Ternyata sungguh pencarianku itu tak ada artinya. Sebagian besar diterima di Ankara, ada yang ke Istanbul, Konya, Bursa, Samsun. Dan sepertinya hanya aku sendiri yang akan pergi ke Erzurum. Ya sudahlah... aku rapopo
Ini ceritanya aku masih di Jakarta. Jalan ke taman menteng, ke taman suropati, dll. Lalu menginap di rumah temen. Besoknya sore baru deh mau pulang lagi. Dan seperti biasa, Jakarta aku singgahi tidak memperlihatkan matahari. Mendung terus. Tanya kenapa? Tanyakan pada rumput yang bergoyang.

MENANTI DALAM TAAT
Sebenarnya menunggu visa pelajar jadi membutuhkan waktu 3-4 hari. Dalam pembuatannya harus calon penerima beasiswa sendiri yang datang ke Kedutaan Turki. Tapi dalam pengambilannya boleh diwakilkan. Ya udah deh aku percayakan 1000% buat temenku yang ngambil lalu dikirimkan ke alamat rumahku. Dan ternyata, ini adalah awal dari malapetaka
Menunggu itu membosankan, ada yang bilang jangan habiskan waktumu buat menunggu. Aku yang biasanya memegang prinsip ini, udah bingung sendiri ketika dihadapkan pada keadaan untuk menunggu. Berjuta-juta pikiran buruk menguasai benakku. "Jangan-jangan, barangnya ada apa-apa di jalan? Jangan-jangan pengirimannya telat? Jangan-jangan.." Dan "jangan-jangan" yang lain sebagainya. 
Aura negatif buah dari kecemasan ini melanda seluruh rumah. Nenek, mama, adek, semua ikut bingung. Saking sayangnya sama aku, eh sama paspornya.. Aku dianiaya tiap hari buat nanyain ke temenku barangnya udah nyampe dimana. (yaa mana aku ngerti?yaa mana temenku ngerti?) Huhh *tariknafasdalamdalam

SMS
from : Silvia
to: +62838xxxxxxxx
Hey, kamu dimana sih? Kenapa gak jawab telfon? Paspor dan berkas aku belum balik saiiiiiiiii. Gimana? Dimarahin orang rumah nih. Takut kejadian kehilangan paspor itu terulang lagi.

tut..tut..tut..tut..

from:+62838xxxxxxxx
to : Silvia
Iya, iya. Aku tanggung jawab kok. Padahal ngirimnya pake kilat lho. Huh. Kalo kamu kaya gini aku jadi ikut panik. Tau gitu ngirimnya kemarin pake J** bukan pake T***. 
from: Silvia
to: +62838xxxxxxxx
Kamu masih ada nomor resi pengirimannya gak? Sini aku cek di internet. Semalaman aku diomelin abis abisan. Udah 5 hari berlalu dan belum nyampe juga? Keterlaluan bener emang. 

TAK TERLALU BERPENGALAMAN DENGAN JASA PENGIRIMAN
Aku masukkan di internet, nomor resi pengirimannya 020175682696 langsung aku masukkan ke kolom search. Tertulis di situ PACKINGLY OVERNIGHT SERVICE. Itu artinya barang masih di jalan. Mencoba menenangkan ibu itu hal yang paling sulit. Sampai sekarang aku belum berbakat sepertinya. Ckckckck
Nah, ini dia. Aku dapet sms dari pihak T*** kalau udah nyampe ke Ponorogo. Berarti nyampe ke kantornya dong? Tapi kantornya dimana ya? Haduh, ga ngerti deh. Mama udah gak tahan. Dia nanya terus dimana-dimananya. Yah mana aku ngerti mamaaa?
Keesokan paginya, aku yang masih bangun dengan penuh iler tergontai gontai ke ruang makan. Ada susu coklat, bikin sendiri. Ada nasi, aku makan sendiri. Ada telur, aku goreng sendiri. Enak euy. Makan bak kuda nil, aku makan pagi dengan lahap dan tenang. Lalu nonton TV. Lalu tidur siang. Lalu ngorok bagaikan tanpa ada masalah. Sore hari saat aku lagi nonton TV sama adek, aku dengarkan keributan dari luar. Ternyata Mommy pulang kerja. Mukanya cerah banget. Ada apa gerangan? dia mengeluarkan sebungkus paket permirsaaaaaah. Dan tau isi paketnya itu apa?
PASPOR beserta DOKUMEN penting kiriman temen aku. Wow, mamaku itu hebat, kawan. Dia lebih hebat daripada wonderwoman atau cat woman, karena dia adalah the real woman and the real mom for me...! 

Baiklah, aku yang masih melongo ini langsung telfon temen aku (yang tumben banget dijawab langsung) "Eh, makasih ya saiii, kirimannya dah nyampe nih. Mamaku ambil langsung di kantornya. Eh ngerti gak sih kantornya tuh tempatnya kek tersembunyi gitu to, jadi susah nyarinya. Tapi alhamdulillah udah di tangan aku. BTW aku mau tanya sesuatu nih". "Eaaa... tanya apa lagi?" "Ini kok di dalam map yang kamu kirim kok gak ada visa nya ya? adanya cuman paspor sama dokumen dokumen, gimana to?" "Ya ampyun Silviiii, Visa itu bentuknya kayak stiker, dan itu ditempel di dalam paspor kamu" "Eh.. iya?"
Tuing, tuing, tuing.. Tut tut tut. Handphone mati.

No comments:

Post a Comment