Thursday 26 February 2015

Pengalaman Beasiswa S1 Turki Chapter#8 Terbang ke Negeri Sang Penakluk

Terbang yuk ke negeri 2 benua!


مَا فِي المُقَامِ لِذِيْ عَقْلٍ وَذِيْ أَدَبٍ                                مِنْ رَاحَةٍ فَدعِ الأَوْطَانَ واغْتَرِب
سَافِرْ تَجِدْ عِوَضاً عَمَّنْ تُفَارِقُهُ                            وَانْصَبْ فَإنَّ لَذِيذَ الْعَيْشِ فِي النَّصَبِ
إِنِّي رَأَيْتُ وُقُوْفَ المَاءَ يُفْسِدُهُ                             إِنْ سَاحَ طَابَ وَإنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ
وَالأُسْدُ لَوْلَا فِرَاقُ الأَرْضِ مَا افْتَرَسَتْ                     وَالسَّهْمُ لَوْلَا فِرَاقُ القَوْسِ لَمْ يُصِبْ
وَالشَّمْسُ لَوْ وَقَفَتْ فِي الفُلْكِ دَائِمَةً                      لَمَلَّهَا النَّاسُ مِنْ عُجْمٍ وَمِنَ عَرَبِ
وَالتُرْبُ كَالتُرْبِ مُلْقًى فِي أَمَاكِنِهِ                         وَالعُوْدُ فِي أَرْضِهِ نَوْعٌ مِنْ الحَطَبِ
فَإِنْ تَغَرَّبَ هَذَا عَزَّ مَطْلُبُهُ                                        وَإِنْ تَغَرَّبَ ذَاكَ عَزَّ كَالذَّهَبِ
Merantaulah…
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing
Merantaulah…
Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan..
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang.
Singa jika tak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa..
Anak panah jika tak tinggalkan busur, tak akan kena sasaran.
Jika matahari di orbitnya tak bergerak dan terus berdiam..
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.
Bijih emas tak ada bedanya dengan tanah biasa di tempatnya
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.
Jika gaharu itu keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang tinggi nilainya.
Jika bijih memisahkan diri, barulah ia dihargai sebagai emas murni.
Merantaulah…
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing  

LANGKAH DEMI LANGKAH BUAT TERBANG KE TURKI
Bagasi yang disediakan oleh Turkish Airlines adalah 25 kg. Tapi karena pada saat itu penerima beasiswa Turkiye Burslari merasa 'kurang' sama bagasi yang hanya 25 kg, kami yang terdiri dari mahasiswa calon S1 S2 dan S3 yang berkisar 50 orang (tidak tahu angka secara pasti) berbondong-bondong untuk melakukan 'demo'. Demo ini nggak anarkis, lho ya! Kami calon mahasiswa penerima beasiswa Turki mengajukan penambahan bagasi 5 kg lewat email. Dengan menyertakan acceptance letter dan copy paspor dan visa yang di scan. Dan ternyata dikabulkan sehingga kami bisa membawa barang bawaaan 30 kg. Horee..!

TRICK AND TRAP

LIST BARANG BAWAAN YANG BOLEH DIBAWA KE TURKI
1. Sambel terasi. Mengantisipasi karena makanan Turki kebanyakan tidak pedas, ini salah satu barang yang saya rekomendasikan. Kalau bisa yang sachet aja. Soalnya lebih ringan dan enak makannya pas di Turki nanti (tahu sendiri kan Orang Turki ga suka bau yang menyengat). Oh ya, jangan lupa kalau naruh di koper di sela-sela pakaian. Karena peraturan dari bandara itu tidak boleh membawa cairan lebih dari 10 ml.
2. Bawa banyak indomie, bumbu, dll. Soalnya penting ya. (lagi lagi tentang kesejahteraan perut)
3. Bawa mukena, bagi cewek. Dan bawa sarung, kopiah bagi cowok. Di Turki ga ada yang pake mukena atawa kopiah kalau lagi shalat. Jadi otomatis ga ada yang jualan, dong.
4. Bawa rice cooker kecil. Alias mesin pencetak nasi ukuran kecil. Ini penting, mas, mbakyu.. soalnya sebagai orang asli Indo yang memegang erat budaya Indo, kalian mesti saban sekali dua kali pengen makan nasi yang rasanya bener-bener nasi ala Indo. Kalau nasi ala Turki sedikit berbeda di lidah kita.
H -4
Sebelum keberangkatan akan diberi semacam angket untuk pemberangkatan. Nah angket itu akan menanyakan kita apakah mau pergi ke Turki menggunakan fasilitas yang disediakan dari Turkiye Burslari atau menggunakan dana sendiri. Karena aku orang Indonesia banget, aku pakailah fasilitas gratisan dari Turkiye Burslari itu (daripada mubazir kan kasian). Tanggal 24 September 2013, ada inbox berjudul "Turkiye Scholarship Flight Reservation" datang. Yeah, penantian yang begitu dinantikan akhirnya datang juga. Aku mau pergi, men! 4 hari lagi.
Aku bersama dengan teman-teman yang lain saling berhubungan satu sama lain. Teman teman ini baik banget rupanya. Bantu inilah itulah. Jalur pertukaran informasi sangat cepat dan mudah (asalkan banyak nanya). Bahkan ada yang udah deket banget. Salah satunya dengan Mbak Zahra, dan beberapa teman yang lain. Mbak Zahra baik banget ngirimin hadiah jaket dingin, syal, sampe dikasih bonus sarung tangan. Ih, so sweet *terharu
Ketika semua bocil-bocil sudah mendapatkan email tiket online dari Turkish Airline atau kalau di Turki sendiri disebut Turk Hava Yolllari, maka ada satu dua bocil yang sedang menanti, dan menanti. Mereka menanti tiket pesawat dari Turkiye Burslari yang tak kunjung datang. Dua temen itu adalah Farid dan Ria. Udah telpon sama pihak kedutaan Turki lah, Tanya sama pihak Turk Hava Yollari yang di Indonesia, lah. Tidak membuahkan hasil. Bahkan, hingga hari H kami yang seharusnya udah terbang bersama-sama nyampe Turki, mereka belum dapat. Ckckck Kasian. Tapi akhirnya seminggu kemudian mereka dapat e-Ticket juga dari THY, walaupun agak telat dikit.

H-3

Saya kasih tips ya. Karena kekuatan do'a itu sungguh luar biasa. Didoakan oleh banyak orang itu merupakan sebuah keberkahan yang ajaib. Maka dari itu perbanyaklah sungkem! Sungkem sama ibu guru dan bapak guru, walaupun tidak semuanya (yang cukup deket aja) minta diberi kelancaran dalam menuntut ilmu, sungkem sama imam masjid di desa, sungkem sama kepala desa, sungkem sama pak RT, dan sungkem sungkem yang lain. 
Kalau perlu bikin syukuran atau banca'an. Hehe. 
Setelah sungkem-sungkeman itu selesai.. Jalan-jalanlah barang sebentar mengitari kota, atau sekitarnya. Ketika kamu menemukan warung makan mampirlah dan makanlah sepuasnya masakan Indonesia seperti mi ayam, bakso, rendang, soto, rawon. Kalo nggak bakal nyesel, deh! Gak akan kamu temukan makanan seperti itu kalo udah di luar negeri. *nyamnyam

H -2

 Satu malam dimana besoknya tiba masa dimana mau pergi ke Turki, tiba-tiba merasa jadi anak kecil lagi. Gimana enggak? Lha wong  dikasih angpau sama banyak orang. Terutama sama tetangga di sekitar rumah heheh. Yah lumayan alhamdulillah.. rejeki nomplok euy.!. Perbanyaklah silahturahim ke rumah om, tante, pakdhe, budhe, ponakan, sepupu, buyut, canggah, anaknya anaknya pakdhe, anak anaknya anaknya dan anaknya anaknya.. wkwkwk,  intinya semua keluarga besar. Pada kasus saya, bahkan beberapa tanpa dimintapun mereka datang sendiri ke rumah. 
Jangan lupa sungkem yang paling penting dan paling wajib yang harus kamu lakukan. Ke siapa sungkemnya? Ke IBU, alias BUNDA, alias MAMMY, alias EMAK, alias EMBOK, alias MAMA, ya itulah pokoknya entah kalian menyebutnya apa. Kalau perlu cium tangannya, atau cium kakinya karena surga di bawah telapak kaki ibu (pastikan udah cuci kaki). Sebelum aku pergi mama aku cium semua mukanya dan juga aku peluk yang lama. Ibu itu punya kelapangan hati yang luas sekali, kawan! Walaupun aslinya tidak seluas lapangan badminton. Tapi, do'a seorang ibu kepada anaknya adalah do'a yang sudah dijamin oleh Allah akan menjadi do'a yang mustajabah bin mustajab. *kedipkedip

H -1

Skip, skip, skip
Tersebutlah kami sekeluarga sudah sampai di bandara Soekarno Hatta. Berpisah sama keluarga itu menyebalkan, tauk! *tuhkanjadisedihbombay. Tapi ingat, bahwa merantau untuk menuntut ilmu itu merupakan hal yang utama. (baca kata mutiara Imam Syafii di atas)
Tidak hanya bertemu dengan teman, kerabatnya teman, dan keluarganya teman saja di bandara. Ternyata saya juga bertemu dengan Miss Turkey, Miss Congo, Miss Jamaica, dan Miss Miss yang lain. Karena waktu itu bertepatan dengan event Miss World 2013 yang berlangsung di Bali. Hehehe. Cantik cantik, euy. Banyak banget orang di Bandara Soetta yang minta foto sama mereka.  Tapi alangkah cantiknya mbak mbak Miss Miss itu kalau berhijab. Kalau mereka berhijab, beneran deh saya mau minta foto sama mbak Miss Miss itu (aku ini siapa atuh?). Ya sudahlah, lupakan. 
Tepat satu jam sebelum pesawat take off, kami sudah diharuskan boarding. Masuk ke dalam pesawat bersama teman yang lain berbekal print out e-Ticket yang dikirmkan oleh THY di email kami. Setelah menyerahkan paspor dan selembar kertas tersebut, bagasi dan koper bawaan kami di cek beratnya. Harus memenuhi 30 kg paling berat. Dan juga barang bawaan di kabin 5 kg. Alhamdulillah koper saya pas njepas 30 kg. Nah paspor ini riskan banget. Di setiap bandara nanti akan selalu diperiksa. Jadi harus dijaga dengan baik, yo! Saat itu rutenya adalah melalui bandara Soekarno Hatta di Jakarta- Bandara Changi di Singapura(transit) - Bandara Ataturk di Istanbul - lalu menuju ke Bandara Erzurum
Dan yeay! kami akan naik Turkish Airlines. Maskapai penerbangan yang meraih penghargaan terbaik se-Eropa selama 5 tahun berturut-turut. Keren, gak bro? Alhamdulillah. Pas masuk disambut ramah sama pramugari di pesawat. Eh ternyata beneran, Mbak Miss Turkey itu masuk ke pesawat sama kami. Tentu saja di VIP nya. 

BERADA DI ATAS AWAN

Perjalanan selama kurang lebih 16 jam akan kita lakukan sebentar lagi.. Jadi penting untuk mempelajari kondisi yang ada di dalam pesawat itu. Ada beberapa hal menarik ketika berada di ketinggian stabil/ cruising altitude. Sekitar 10 km di atas permukaan laut, sebenernya kita udah deket banget sama luar angkasa loh! Hehe. Tahu kenapa? Karena gak ada definisi ketat tentang batas antara luar angkasa dan bumi! Wew.. atmosfir bumi juga tidak serta merta turun secara drastis. Nah, karena tubuh manusia tidak terlatih untuk menghirup dan menghembuskan oksigen dalam kondisi tekanan udara yang rendah, sebagai makhluk darat yang hidup di darat yang berjalan dengan kaki, seharusnya manusia akan kehilangan kesadaran dalam 3 menit saja jika berada dalam ketinggian 8,5 km di atas permukaan laut. Itulah jawaban kenapa pesawat komersial macam Turkish airline ini selalu menjaga tekanan udara dalam kabin agar sama dengan udara di atas tanah. Prosesnya yaitu udara dari luar dihirup, lalu diatur suhu dan tekanannya.
Kata orang-orang makan selama di pesawat gak seenak makan selama di darat. Rasanya berbeda walaupun makanannya sama. Ah, masa iya? nggak ada bedanya, kok buat saya. Hehe, dasar. Emang iya sih, pada tekanan udara yang rendah indera perasa dan penciuman jadi kurang sensitif. Jadi mengurangi kemampuan indera untuk merasai asin, kecut, pahit, manis, dsb. Tapi lihat lihat dulu orangnya ya, kalo orangnya kaya saya ini. Sewaktu makan salmon di dalam pesawat Turkish Airlines serasa enak enak aja, tuh! Walaupun gak seenak mi ayam Ponorogo. 

Wednesday 25 February 2015

Pengalaman Beasiswa S1 Turki Chapter#7 Visa

Beda waktu 5 jam, jarak 10.538 km
21 September 2013
Beberapa hal penting yang harus disiapkan ketika akan mengajukan visa; Paspor. Acceptance letter, Agreement letter, Foto diri, Uang untuk pembayaran visa senilai Rp. 570.000 (tahun 2013), Ijazah, SKHU, dan surat keterangan sehat dari rumah sakit yang telah diterjemahkan ke english.

MENERJEMAHKAN FILE KE ENGLISH
Setelah berlangsung beberapa waktu yang lalu setelah kejadian mengenaskan di Chapter#6 aku mengirim email kepada penerjemah tersumpah Bapak Tatang, beliau meminta aku untuk segera membayar jasa terjemah tersebut. Tapi beliau mengerti bahwa aku masih mengidap depresi pasca peristiwa itu, dan akhirnya beliau bilang kalau gak papa ngirimnya agak telat. Bahkan mengirimkan aku sebuah email yang berisi artikel tausyiah yang berisi tentang untuk tidak bersedih. Ada pesan "La tahzan, innallaha ma'anna". 
Bapak ini baik banget. Dalam hati aku juga gak enak sih, dan gak enak banget nunda nunda. Perasaan itu kayak file-filenya semua udah di tangan aku, dan aku masih belum bayar. Kayak barang haram gitu. Akhirnya saya transfer uang jasa terjemah itu lewat bank.

NYOK KE JAKARTA LAGI
Mengurus visa itu artinya saya harus ke kedutaan Turki, lagi. Capcus ke Jakarta ditemani teman saya yang manis bin cute yang udah dibahas di Chapter#4 Karena waktu itu dia sibuk banget, gak bisa nemenin saya ataupun nganterin. Huh, ya sudah. Langsung saya pergi pake Busway ke Kuningan. 1x perjalanan cuma dikenai Rp. 3.500 (dengan catatan kalau tidak keluar dari area Busway itu) otomatis kemanapun perginya hanya dikenai segitu aja. Rute nya waktu itu lewat Kampung Rambutan-Matraman-Kuningan. Bersyukur banget gedung Kedutaan Turki tepat berada di depan jalur pemberhentian Busway Kuningan. Jadi gak perlu jalan lama atau pake taksi. Udah sampai di depan Kedutaan Turki itu, seperti biasa HP, tas, dan KTP diminta oleh satpam Kedutaan Turki. Hanya berkas saja yang boleh dibawa ke dalam. Mas satpam itu menunjukkan tempat pembuatan visa yang berada di sebelah samping istana. Saya masuk bersama dengan beberapa anak yang sudah ada di dalam sedang menunggu. Saya salam dan senyum dengan petugas yang mengurus visa tersebut. Kata beberapa teman petugas di sana galak, ah kata siapa. Dia malah sempat bercanda dengan saya. Hehehe. Saya keluarkan buku sakti alias paspor, SKHU, Transkrip, Ijazah, dan surat keterangan sehat dari dokter yang asli dan yang telah di translate ke bahasa inggris. Dokumen-dokumen translate-an bahasa inggris yang sudah dilaminating ini ternyata suruh nyopotin semua sama petugasnya. Huh.. rempong cyin. Karena mau di stempel. Tak lupa juga agreement letter yang telah saya dan orang tua tanda tangani. Oh iya, uangnya ketinggalan di tas! "Eh, mbak. Ada uang Rp. 30.000 gak nih? Uang saya ada di dalam tas nih, tasnya di kantor satpam." tanyaku pada seorang siswa yang sepertinya juga penerima beasiswa. "Yah, ada nggak ya? Bentar deh aku lihat dulu. (merogoh sesuatu dari dalam dompet) Nih, mbak." "Wah, makasih ya."
Setelah keluar dari kantor kedutaan itu, kemudian aku dan mbak itu berkenalan. Sambil memberi uang yang aku pinjam tadi. Mbak manis itu namanya Citra. Dia dari Banyuwangi ternyata. Sama sama Jawa timur, to?. "Iya nih, mbak Silvi. Pertama kali kenalan udah langsung minjem duit" "Heheheh" Aku senyum nyengir.
Aku mencari dan mencari dalam satu angkatanku itu yang akan pergi bersama ke Turki. Mungkin saja dari 20-25 anak S1 yang diterima tahun ini, sekiranya ada teman yang akan menuju ke Erzurum. Satu.. saja! Ternyata sungguh pencarianku itu tak ada artinya. Sebagian besar diterima di Ankara, ada yang ke Istanbul, Konya, Bursa, Samsun. Dan sepertinya hanya aku sendiri yang akan pergi ke Erzurum. Ya sudahlah... aku rapopo
Ini ceritanya aku masih di Jakarta. Jalan ke taman menteng, ke taman suropati, dll. Lalu menginap di rumah temen. Besoknya sore baru deh mau pulang lagi. Dan seperti biasa, Jakarta aku singgahi tidak memperlihatkan matahari. Mendung terus. Tanya kenapa? Tanyakan pada rumput yang bergoyang.

MENANTI DALAM TAAT
Sebenarnya menunggu visa pelajar jadi membutuhkan waktu 3-4 hari. Dalam pembuatannya harus calon penerima beasiswa sendiri yang datang ke Kedutaan Turki. Tapi dalam pengambilannya boleh diwakilkan. Ya udah deh aku percayakan 1000% buat temenku yang ngambil lalu dikirimkan ke alamat rumahku. Dan ternyata, ini adalah awal dari malapetaka
Menunggu itu membosankan, ada yang bilang jangan habiskan waktumu buat menunggu. Aku yang biasanya memegang prinsip ini, udah bingung sendiri ketika dihadapkan pada keadaan untuk menunggu. Berjuta-juta pikiran buruk menguasai benakku. "Jangan-jangan, barangnya ada apa-apa di jalan? Jangan-jangan pengirimannya telat? Jangan-jangan.." Dan "jangan-jangan" yang lain sebagainya. 
Aura negatif buah dari kecemasan ini melanda seluruh rumah. Nenek, mama, adek, semua ikut bingung. Saking sayangnya sama aku, eh sama paspornya.. Aku dianiaya tiap hari buat nanyain ke temenku barangnya udah nyampe dimana. (yaa mana aku ngerti?yaa mana temenku ngerti?) Huhh *tariknafasdalamdalam

SMS
from : Silvia
to: +62838xxxxxxxx
Hey, kamu dimana sih? Kenapa gak jawab telfon? Paspor dan berkas aku belum balik saiiiiiiiii. Gimana? Dimarahin orang rumah nih. Takut kejadian kehilangan paspor itu terulang lagi.

tut..tut..tut..tut..

from:+62838xxxxxxxx
to : Silvia
Iya, iya. Aku tanggung jawab kok. Padahal ngirimnya pake kilat lho. Huh. Kalo kamu kaya gini aku jadi ikut panik. Tau gitu ngirimnya kemarin pake J** bukan pake T***. 
from: Silvia
to: +62838xxxxxxxx
Kamu masih ada nomor resi pengirimannya gak? Sini aku cek di internet. Semalaman aku diomelin abis abisan. Udah 5 hari berlalu dan belum nyampe juga? Keterlaluan bener emang. 

TAK TERLALU BERPENGALAMAN DENGAN JASA PENGIRIMAN
Aku masukkan di internet, nomor resi pengirimannya 020175682696 langsung aku masukkan ke kolom search. Tertulis di situ PACKINGLY OVERNIGHT SERVICE. Itu artinya barang masih di jalan. Mencoba menenangkan ibu itu hal yang paling sulit. Sampai sekarang aku belum berbakat sepertinya. Ckckckck
Nah, ini dia. Aku dapet sms dari pihak T*** kalau udah nyampe ke Ponorogo. Berarti nyampe ke kantornya dong? Tapi kantornya dimana ya? Haduh, ga ngerti deh. Mama udah gak tahan. Dia nanya terus dimana-dimananya. Yah mana aku ngerti mamaaa?
Keesokan paginya, aku yang masih bangun dengan penuh iler tergontai gontai ke ruang makan. Ada susu coklat, bikin sendiri. Ada nasi, aku makan sendiri. Ada telur, aku goreng sendiri. Enak euy. Makan bak kuda nil, aku makan pagi dengan lahap dan tenang. Lalu nonton TV. Lalu tidur siang. Lalu ngorok bagaikan tanpa ada masalah. Sore hari saat aku lagi nonton TV sama adek, aku dengarkan keributan dari luar. Ternyata Mommy pulang kerja. Mukanya cerah banget. Ada apa gerangan? dia mengeluarkan sebungkus paket permirsaaaaaah. Dan tau isi paketnya itu apa?
PASPOR beserta DOKUMEN penting kiriman temen aku. Wow, mamaku itu hebat, kawan. Dia lebih hebat daripada wonderwoman atau cat woman, karena dia adalah the real woman and the real mom for me...! 

Baiklah, aku yang masih melongo ini langsung telfon temen aku (yang tumben banget dijawab langsung) "Eh, makasih ya saiii, kirimannya dah nyampe nih. Mamaku ambil langsung di kantornya. Eh ngerti gak sih kantornya tuh tempatnya kek tersembunyi gitu to, jadi susah nyarinya. Tapi alhamdulillah udah di tangan aku. BTW aku mau tanya sesuatu nih". "Eaaa... tanya apa lagi?" "Ini kok di dalam map yang kamu kirim kok gak ada visa nya ya? adanya cuman paspor sama dokumen dokumen, gimana to?" "Ya ampyun Silviiii, Visa itu bentuknya kayak stiker, dan itu ditempel di dalam paspor kamu" "Eh.. iya?"
Tuing, tuing, tuing.. Tut tut tut. Handphone mati.

Tuesday 24 February 2015

Pengalaman Beasiswa S1 Turki Chapter#6 Buku hijau itu bernama "Paspor"

Awal September 2013
Setelah loncat loncat kegirangan gitu, dan mengecek surat cinta di email. Ternyata aku benar-benar mendapatkan "Kabul Mektubu" alias acceptance letter yang sangat jelas dan terpampang nyata ini. Tanpa basa-basi saya langsung menuliskan list apa saja dokumen penting yang diperlukan.
Diantaranya  adalah sebagai berikut:
1. Foto diri (halah, gampang tinggal ke pengkolan warung foto kilat sebelah)
2. Acceptance letter yang dikopi beberapa lembar (tinggal nge print doang)
3. Paspor (eum.. eum.. paspor itu apaaaaaa?)
4. Visa (ini juga apaa?)
5. Ijazah yang telah diterjemahkan ke bahasa inggris (tinggal dikirim online aja ke email bapak Drs. Tatang Hadiono; seorang penerjemah tersumpah bahasa inggris di JKT)
Dari kebingungan tersebut hal yang paling gak ngerti adalah PASPOR. Weh, mau ke luar negeri, cuy!. *langsungmerasajadiorangpenting. Yah intinya karena gak ngerti itu jadi banyak nanya. Tapi nanya sama orang yang ngerti ya! Jangan sampai nanya ke nenek apalagi. Tambah gak ngerti lagi! Hehe. Ya udah, ga ada simbah wedok, simbah Google pun jadi. Dari wangsit simbah Google aku jadi ngerti bahwasanya bikin paspor itu ada 2 cara. Yang pertama bikin secara manual dan yang kedua bikin secara online. Akhirnya aku langsung apply paspor secara online di webnya dirjen kemenlu tepatnya di halaman BikinPasporOnline. Kalau daftar secara manual, dalam jangka waktu satu hari kemudian bisa kembali lagi ke kantor Imigrasi lagi untuk foto. Tapi kalau pakai online, di hari yang sama bisa langsung foto untuk pembuatan paspor. Kalau pembuatan paspor sih kira-kira harus menunggu 3-7 hari untuk pembuatan buku paspor tersebut selesai. Nah, aku pake yang online, soalnya enak kan gak buang-buang waktu. Hehe
Btw eniwe baswe kalau mau mengajukan paspor persyaratannya adalah membawa akta kelahiran/ ijazah asli. Selain itu fotokopi KTP dan fotokopi KK juga. Setelah berkas-berkas tersebut beres, aku langsung ke Kantor Imigrasi II Madiun. Dari Ponorogo cuma 1 jam setengah. Rutenya naik bus jurusan Surabaya. Lalu bilang ke pak sopir mau ke kantor imigrasi. Langsung deh diturunin di depannya langsung (ya iyalah pinggir jalan pas). Soalnya jalanan di Madiun itu berliku-liku membingungkan anak seusiaku iniiii (inget umur, mbakkkk...!)
Sesampai di depan kantor tersebut, aku disambut oleh angin jalanan. Jilbabku pun terburai terkena angin *tsaaah. Dan bapak-bapak petugas imigrasi yang lagi jaga(mungkin mereka menggosip). Bapak-bapak tersebut melihatku dengan tatapan yang aneh. Ketika melihat gadis belia tak berdosa ini mungkin mereka bertanya-tanya dalam benaknya"Ni bocil krucil ngapain ke kantor imigrasi?" Aku senyum unjuk gigi soalnya mau iklanin sikat gigi *****dent. Heheh, bapak itu semakin tak mengerti. Mereka tanya ke aku "Mbak mau bikin paspor?" Pertanyaan ini belum sampai aku jawab bapak lain udah tanya lagi "Mau kemana mbaknya?" Lalu aku jawab dengan polos "Mau ke Turki, pak..(masih unjuk gigi) dapat beasiswa kuliah" "Wah, selamat ya mbak!" Aku tunjukkan acceptance letter dari Turkiye Burslari dan mereka mengucapkan selamat lagi padaku. "Oh ya, pak permisi. Membuat paspor baru dimana ya?" "Ini mbak di ruangan samping. Formulir ini ambil dan diisi ya mbak." Aku lalu meninggalkan mereka dan ternyata masih saja menggosip. Ckckck
Karena aku mengajukan paspor baru secara online, ditangani secara cepat sama masnya petugas Imigrasi. Tentu saja mengambil nomor antrian dulu. Selama duduk di ruang tunggu, selain aku juga banyak orang bikin paspor baru. Saya menemukan orang yang beragam tujuan bikin paspor. Kebanyakan sih ibu-ibu mau umroh. Banyak juga TKW yang ke Malaysia atau ke Hongkong.

NGOBROL SAMA BULE
Di sampingku, duduklah seorang manusia berkulit pucat. Ia berkacamata dan gundul. Melihat ke kanan, lalu ke kiri. Ya sudahlah daripada bengong aku ajak ngobrol aja.
"Hi, how are you?"
"Ya i'm fine. You can speak english?"
"Yes i can. Where are you from?"
"I am from Norwegia"
"Really? Exciting. What are you doing in here?"
"I am waiting for my wife"
"Are you kidding? You married with Indonesian girl?"
"Ya. The woman who's standing next to that officer is my wife. I love her"
"How can you love indonesian girl. I mean how can you love?"
"As you know that, they can do massage very well" (apaah? cewe indo pintar memijat? astaghfirullah..)
"How long have you been here?"
"I've been here for 3 years. And i will bring her to my country in Norwegia."
"Good."
"And how about you?"
"Oh, i will go to Turkey. I got scholarship to study there. Do you know Turkey?" 
"Yes i have travelled Turkey. But only in Antalya"
"Anatolia?"
"No, Antalya."
"Oh, okay. I don't know. Because of i will go to Erzurum. I will study in Ataturk University and it was in East Anatolia."
"Wow, you're great."
"OK, This is my turn. see you then. Bye"
"Bye" 
Setelah percakapan gajelas sama bule itu tibalah masa dimana mengurus paspor bisa menyenangkan juga. Akhirnya waktunya aku buat foto. Yeay. Di ruang foto itu aku langsung pose ekspresi senyum (tapi gak unjuk gigi). Karena efek capek, keringetan, seharian boring banget nunggunya di Kantor imigrasi lama. Huh, di ruang tunggu tersebut diajak ngobrol lagi. Kali ini ketemu sama cewe seusiaku (katanya lulus SMA). Dengan senyum yang cerah dia bilang kalau mau ke Malaysia. Jadi TKW. Hmm, aku pribadi agak emosional ya kalau misalkan ada seorang bocah umur 18 tahun aja belum genap udah harus keluar negeri cari duit. Tapi mbaknya kelihatannya bahagia, tapi aku tahu kok dia ngelakuin itu bukan tanpa sebab. Entah sekarang mbaknya itu dimana. *hiks

4 HARI KEMUDIAN
Hai hai pemirsa semuanyaa.. aku kembali lagi nih ke Kantor Imigrasi II Madiun. Untuk pengambilan paspor. Dan, ya sudahlah kita lewatin aja tahapan ini. Yang jelas di tanganku sudah ada buku berwarna hijau ini. Paspor 48 Halaman! Yeay

OH PASPOR...PASPOR Pasporku? Uang? ATM? KTP? Hilang se DOMPET nya! ya ampyun cyin, langsung deh mati kutu. Udah deh ribut sekeluarga. Kami cari ke jalan jalan sekitar alun-alun Ponorogo. Lalu jalan lagi kemana mana, dan masih gak ketemu! Nenek sudah mengomel terus aku disuruh mengingat kejadian hilangnya dompet tersebut. Mommy juga bingung, nanya terus gimana kelanjutannya (yah mana aku ngerti mamaaa? aku sendiri ga tau harus ngapain). Pakdhe, Budhe, sama bingungnya. Mondar-mandir ke rumah aku buat memastikan udah ketemu apa belum. Kesimpulan terakhir yang didapat menurut ingatanku adalah: dompetku dicopet orang di bus waktu menuju ke Ponorogo! Pertengahan September ini aku udah harus ke Jakarta. Bikin Visa. Udah gak ada waktu lagi. Langsung deh telfon pihak Kedutaan Besar Turki untuk Indonesia. Mereka bilang it's okay ditunggu selama 5 hari. Selama itu apakah waktunya cukup?
Besoknya, setelah hari dimana hilangnya dompet itu terjadi, aku dan mommy pergi ke kantor desa untuk membuat KTP baru, beserta surat dokumen dan tetek bengeknya yang sangat ribet. Pulangnya sekitar adzan dzuhur berkumandang kami pergi ke kantor imigrasi Madiun untuk bikin paspor lagi. Sesampai disana, kami tanpa babibu ke ruangan pembuatan paspor tersebut. Untuk kasus kehilangan paspor beda tempat ternyata. Kami digiring ke ruangan bapak-bapak petugas Imigrasi yang penggosip itu. Aku menceritakan gimana kok bisa hilang paspor beserta dompetnya. Dibilanglah sama bapak itu;"Pembuatan paspor yang hilang itu bisa memakan waktu 3 bulan, ibu. Yang paling cepat itu sekitar 1 bulan. Karena paspor merupakan dokumen negara. Dan pengajuan yang ibu lakukan dari sini akan dikirim ke Dirjen Kemenlu di Jakarta. Prosesnya lama. Cobalah dicari dulu hingga ketemu." Aku gak percaya. Lalu aku memaksa ingin bertemu dengan pimpinan kantor Imigrasi. Aku tidak mau bapak-bapak penggosip ini menghalangi jalanku untuk bisa bikin paspor lagi. Aku nangis terus. Mommy melihatku dengan tatapan yang sedih. "Apa tidak bisa pak, diusahakan? Kasian anak ini, mau lanjutin lagi sekolah ke Turki. Sepanjang malam nangis terus sampai matanya bengkak gitu kehilangan paspor". "Ya kami juga sudah mengusahakan bu, mau apa dikata. Barang yang penting seperti paspor itu harusnya dijaga dengan baik. Paling tidak prosesnya itu satu bulan. Ya tinggal ditunggu saja. Saya doakan paspornya segera ketemu." "Ya sudah pak, kalau begitu. Kami mohon undur diri. Terimakasih banyak. Bapak boleh hubungi nomor saya bila ada apa-apa." Mommy menuntunku yang masih berjalan terseok seok. Aku masih gak rela meninggalkan kantor itu dengan tangan hampa. Ih, sedih banget gak sih?
Di depan kantor imigrasi itu ada sebuah warung bakso kikil dan es degan. Aku dan mommy menyeberang. Dengan kelembutan seorang ibu, dia menawari aku makan. Aku gak mau. Gak ada selera makan. Beliau makan dengan lahapnya, dan aku masih saja melamun. Mommy yang aku sayang itu bilang ; "Ya udah, gak usah nangis. Toh kalau kamu ditakdirkan ke Turki beneran juga bakal berangkat. Kalau paspornya gak ketemu, ya udah berarti takdirnya gak jadi pergi". Aku yang sedang mengumpulkan energi untuk berusaha kuat malah semakin rapuh aja rasanya. "Ya udah pulang aja wes vik.." Es degan yang ada di meja itu akhirnya aku tenggak juga sampai habis. Maklum, lah. Energi udah abis buat nangis doang. 
Kami pulang dengan bus. Suara pengamen menggema di telingaku. Karena tidak ada tempat duduk untuk dua orang, aku dan mommy duduk terpisah. Aku memikirkan kemungkinan apa saja yang bisa aku lakukan. Kalau bapak petugas imigrasi itu bilang sebulan baru bisa jadi. lalu apa dayaku yang hanya dikasih waktu sama pihak Kedutaan Turki cuma 5 hari. Oh, God. 
Di tengah keramaian bus dan juga suara pengamen, ibu memanggilku dari belakang. Namun aku tidak dengar apapun apalagi dengan berisiknya kebingungan dalam pikiranku. Lalu seorang wanita di sampingku bilang kalau ibuku memanggil. Aku berdiri dan menoleh ke belakang. Mommy sedang berbicara dengan seseorang di telefon, begitu melihatku dia bilang:
"Vik, paspormu ketemu!"
"Hah.. apa?!"
"Iya, ketemu. Ini tetangga telfon. Katanya ditemukan sama seseorang di jalan"
"Masa sih?"
"Ya ampun nduk, kamu bisa pergi ke Turki!"
"Mommyyyy....." Aku menghampirinya dan memeluknya. Aku teriak kegirangan. Senangnya bukan kepalang. Ah, hari ini. Aku menangis dengan hebat sekaligus tertawa dengan hebatnya. 

Thursday 19 February 2015

Pengalaman Beasiswa S1 Turki Chapter#5 Loncat kegirangan


September 2013
Pagi hari, pukul 08.00 Di rumah tercinta
Mata sembab karena pada malamnya tidak tidur. Huh, hari ini adalah hari yang seharusnya di mulai dengan penuh semangat dan kegembiraan. Namun tidak rasanya, menyebalkan sekali itu di saat harus menerima kenyataan. Hari ini PENGUMUMAN hasil wawancara TURKIYE BURSLARI! Tapi mengingat peristiwa yang terjadi di ruangan interview yang udah aku bahas di Chapter#4 kok males ya, lihat hasil pengumuman? Takut shock lagi pas kaya dulu lihat pengumuman SNMPTN UI. Takut hasilnya nggak seperti yang dibayangkan, takut ini takut itu. Lagian aku udah move on. Aku udah kuliah di UMY. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Udah dapet jas mahasiswa, kartu mahasiswa, dan juga OSPEK.

"Tak pernah kuragu, dan selalu ku ingat, kerlingan matamu.." 
Bunyi telefonku berdering. Sedangkan waktu sudah menunjukkan dzuhur. Baru saja mau mengambil mukena, ada yang telfon rupanya. Huh. Siapa sih ini. Ternyata..Mbak Zahra. Aku segera angkat. Sudah aku niatkan tidak mau membahas itu. Ternyata bener aja. 
"Vik, kamu keterima Beasiswa Turki gak?"
"Ehm, enggak tahu deh mbak. Lebih tepatnya nggak mau tahu sih mbak"
"Loh, kenapa?"
"Ntar aja deh aku lihat, itupun kalo sempet."
"Hee, gitu.."
"Emang mbak Zahra keterima?"
"Iya vi, di kota Zonguldak. Di Bulent Ecevit Universitesi"
"Selamat, ya mbak... Akhirnya mimpi mbak bisa terwujud pergi ke Turki"
"Iya vi, makasih ya. Punyamu segera dilihat seh.."
"Mbak mau liatin emailku? Pengumumannya?"
"Iya vi. Tak liat ya punyamu apa email ma passwordnya?"
"xxx@gmail.com dan xxxxx"

Tak lama kemudian, aku masih di rumah. Duduk di tempat yang sama dengan tadi pagi. Gak ngapa-ngapain. Ngelamun. Dan aku mendapat telfon lagi. Mbak Zahra. Deg deg an banget. Iya enggak iya enggak iya enggak. Ah, jawab aja deh..
"Vi......"
"Iya mbak Zahra"
"Selamat ya, kamu keterima beasiswa Turki"
"Ah yang bener embak ni? Serius?"
"Iya vi, aku serius"
"Diterima dimana mbak?" 
"di Ataturk University, jurusan Biologi."
"Waahhh makasih ya mbaaaaaaaakkkk!"

Aku kegirangan. Rasanya pengen teriak. Ugh, Mimpiku berubah menjadi nyata pemirsa! Perasaan senang yang membuncah ini rasanya seperti partikel uranium yang meletup-letup menjadi partikel nuklir yang penuh dengan energi. Heheh

Saya katakan kepada ibu lewat telefon. Tentu saja dengan perasaan yang bahagia. Namun ternyata cuma bertepuk sebelah tangan. Ckckck
"Buk, aku dah keterima Beasiswa Turki?!"
"Apaa?"
"Iyaa aku keterima beasiswa Turki!"
"Kamu ngomong apasih nduk?"
"Ya ampun Buk e, akhirnya aku keterima beasiswa sekolah ke Turki.. Aku seneng banget"
"Bentar, bentar, tadi nggak dengar. Nanti aja lagi telfonnya ya."
TUT TUT TUT..

Nenek saya yang berdiri dari balik ruang dapur melongo melihat tingkah saya (mungkin dalam hatinya berkata"ini anak apa kesurupan?")
Hujan turun rintik rintik.. Dan sepertinya malam ini saya tidak bisa tidur lagi...

Pengalaman Beasiswa S1 Turki Chapter#3 Memenuhi sayembara

Menulis, ya menulis..
Baiklah, sekarang waktunya untuk menulis tentang perasaan saya dulu ketika menulis. Ini gak sembarangan menulis karena yang saya tulis itu sebenarnya bisa ditulis lagi tapi saya sudah agak lupa dengan apa yang dulu pernah saya tulis. Apasih ini muter muter?
Okeeeeee yang jelas, untuk mengisi formulir online pada seleksi dokumen beasiswa Turkiye Burslari itu langkah pertama adalah. MENULIS!

Tapi jangan lupa bikin akun dulu di websitenya Turkiye Burslari. Bisa di cek di link ini. Membuat akun persyaratannya harus sudah dibuka pendaftarannya. Untuk setiap tahunnya bisa sekitar bulan Februari-Maret untuk calon pendaftar S2 dan April-Mei untuk calon pendaftar S1. Banyak sekali panduan yang bisa didapat untuk memenuhi form tersebut, beberapa ada yang sudah di upload di Youtube. Mengisinya harus serius ya, dan setiap langkah yang telah diisi dari satu formulir harus urut karena susah untuk mengubah data kembali. Pastikan benar dan OK.
Salah Nama Ketika Mengisi Formulir
Dulu saya biasa saja ketika mengisi formulir. Tidak ada yang membuat pusing atau yang membingungkan banget cyin. Tapi kayaknya kok ada yang aneh, ya. Di tahap pertama saja saya sudah bingung banget nih. Hmmm, ini ada kolom Name, Middle Name dan Surname? Loh? Secara, menurut kami(eh saya)yang orang Jawa tulen ini tidak punya Surname alias nama marga, seperti orang Batak atau orang Bugis pada umumnya. Lah terus harus diisi apa? Masa mau diisi nama ayah saya pake embel embel Binti? Kok jadi orang Arab gitu?
Dan ternyata dari banyak pertanyaan yang saya tanyakan ke sesepuh penerima beasiswa Turki (takut sesat di jalan) Kolom surname itu hanyalah perlu diisi dengan nama kita yang kedua. Ehwalahdalah Gitu to.. Ckckck *garukupil

Menulis essai motivasi beasiswa
Dari sekian lembar formulir beasiswa seleksi dokumen yang harus kita isi, ada salah satu kolom yang bisa diibaratkan jantung dimana aplikasi beasiswa kita bisa benar benar hidup. Yak, anda tepat sekali! Kolom Motivation letter menjadi begitu penting terutama bagi penyeleksi beasiswa. Mereka melihat kesungguhan dan konsistensi anda terutama pemberian kontribusi yang bermanfaat serta kemaslahatan umat yang bisa didapat dari anda ketika sudah lulus nanti. Tentu saja dalam penulisannya dengan tulus dan juga dari hati yang paling dalam. *saran

Apa yang kamu cari di Turki?
PENTING! Jangan pernah menulis kalau kamu pengen pergi ke Turki cuman buat liat Hagia Sophia atau Blue Mosque! Yah terus ngapain kalau cuman pengen liat itu doang harus dapat beasiswa ini? Orang Turki itu suka dipuji, men. Tapi nggak segitunya juga! Kamu harus tahu alasan kuat mengapa kamu ingin pergi sekolah ke Turki dan kamu harus siapkan jawaban terbaik tentang ini. OK! 

Nulis data
Jangan lupa ya, menulis keterangan dalam form itu harus bener-bener-bener. Kalau bisa yang udah diuji di ITB dan IPB. Hehe. Kalau perlu, tuh kamu cek lagi. Dua kali. Atau tiga kali. Pastikan benar dan bisa dipertanggungjawabkan

Sentuhan akhir
Kalau kata kakak-kakak sesepuh penerima beasiswa Turki seperti kata kak Ana Ululiyatul,  memprint salinan naskah dari formulir beasiswa yang telah kita isi itu, penting. Untuk jaga-jaga pertanyaan yang sama keluar di wawancara nanti. Karena secara logika, ya wajar kalau setiap orang yang telah menulis di formulir tersebut ditanyai lagi dari apa yang dituliskannya. Walaupun saya sendiri tidak melakukannya. hehe.

Semangat!

Pengalaman Beasiswa S1 Turki Chapter#4 Ketinggalan Kereta


Di suatu hari di siang yang terik, sepulang sekolah saya bersiap untuk pergi menge-check email dan mau berselancar ria di internet. Kemudian tak berapa lama saya sungguh terkejut. Mendapatkan surat ini lebih bahagia daripada mendapatkan surat cinta. (emang pernah dapet?)
Saya diterima interview! Itu artinya lolos dokumen! Wow, sungguh menyenangkan sekali. Pengen melayang aja rasanya. Cepat cepat saya langsung memikirkan cara untuk capcus ke Jakarta naik kereta tanggal 6 Juli 2013. Karena kalau naik bus bisa bisa muntah mabuk dimabuk kepayang. Saya langsung lah pergi ke rumah keponakan saya yang imut banget namanya Amel dan mengajaknya ke Madiun untuk beli tiket. Padahal masih sekitar 1 minggu lagi. Yah begitulah kebiasaan para pemberi beasiswa. Pengumuman interview dikirim seminggu sebelum testnya. Perjalanan ini... terasa sangaattttt..... ah ya sudahlah

Pengumuman SNMPTN
Sudah deg-deg an dan gak sabar untuk menerima hasil SNMPTN ini.  Sebagian besar teman-teman mengirimkan SMS apakah saya diterima atau tidak. Saya buka internet dengan perasaan yang campur-campur seperti es campur. Entah bahagia atau sedih, setelah lihat ini. Saya teriak permirsa dan yaaaaaaaaaakkkkkkk akhirnya saya tidak diterima jalur SNMPTN kali ini. Jurusan Biologi. Apalagi di UI. Sakitnya tuh di sini... 

Pengembaraan seorang diri
Waktu untuk interview terasa dekat sekali, gak kerasa besoknya harus ke Jakarta. Tiket PP sudah di tangan. Lalu apa lagi ya? Kok masih ada yang kurang rasanya? Hmm.. Oh ya. Surga di telapak kaki ibu. Dan aku belum bilang kalau besok mau pergi. Saya pergi ke dapur, gadis agak besar yang malas membantu ibu memasak ini pergi ke dapur.. sumber kehidupan dan peradaban kami serumah. Saya bilang ke ibunda tersayang tercinta bahwasanya besok saya akan pergi ke Jakarta. Dan yeah, jawabannya seperti yang sudah dapat diduga sebelumnya. Ibu saya tak mengijinkan pergi. Alasannya sederhana, saya perempuan. Dan Jakarta, yeah sungguh sangat kejam sepertinya untuk makhluk macam kami ini. Banyak kejahatan kriminal mengintai keselamatan kami. Kekhawatiran ibu sangat beralasan. Ia pernah hidup di Jakarta sebelum akhirnya bertemu dengan ayah saya. Ciyeeee.
Saya jelaskan detailnya kenapa saya akan pergi, walaupun tidak sempat untuk menerima keputusan ini pada awalnya...hingga dia relakan saya pergi dengan berat hati. 

HARI H-1 INTERVIEW
Tik tok tik tok tik tok.. Jam tangan menunjukkan saya harus pergi sebelum jam 2 di Stasiun Madiun. Bersama sohib terimut di dunia, Astuti. Dia mau jemput. Tapi ini sudah hampir setengah 2. Haduh, bisa gak ya? Telat gak ya? Perasaan yang berkecamuk di dalam hati. Dia datanglah itu, saya cepat cepat juga. Pokoknya yang rempong banget soalnya takut telat. Di antarlah saya ke tempat pemberhentian minibus di Madiun. Karena jalannya berkelok kelok dan untuk menuju ke stasiun harus ke halte yang lain. Di dalam minibus itu saya duduk di samping bapak sopirnya. "Pak, bisa cepet nggak to pak?" Dan bapak sopirnya jawab. "Yah ini udah cepet, gak bisa dicepetin lagi". Saya dengan panik dan berkeringat menyuruh bapaknya agar mempercepat laju mobil "Saya besok ada interview. di Jakarta, pak. Ini penting. Byuh byuh mbok ya dicepetin".. "Ya udah nduk kamu pergi pake ojek aja. Turun di sini"
Saya langsung pergi ke tukang ojek, lari-lari. Langsung deh pak tukang ojeknya naikin harga. Saya bilang saya gak mau kalo segitu. Dengan tawar-menawar yang alot itu akhirnya udahlah kami pergi. Sampailah ke stasiun Madiun. Saya lihat orang-orang udah ga ada. Sepi! Saya lihat jam menunjukkan pukul 14:05. Aku telat! Parahnya cuma 5 menit! Sampe sampe pak satpamnya bilang "Yahhh, sekarang udah nyampek Solo keretanya mbak! Kok bisa telat sih?"
Mau menangis rasanya, aduh 5 menit aja udah telat naik kereta. Saya tanya ke penjual tiket di loket stasiun. Perjalanan untuk ke Jakarta hari ini full. Eksekutif, Bisnis, Ekonomi, HABIS! Oh betapa malangnya.. Saya lalu tanya ke bagian mbak mbak di customer servise. Katanya juga habis. Tapi yah mau gimana lagi, udah habis. Saya bener-bener nangis pas waktu itu. Kemungkinannya pergi udah gak ada. Tapi kemudian salah satu mbaknya bilang, bahwa ada satu buah tiket kereta ada. Kelas eksekutif. Bagaikan minum air di terik yang panas, akhirnya....*mataberkacakaca. Harganya waktu itu Rp. 420.000. Saya keluarkan semua uang saya, eh ternyata kurang Rp. 6.000. Saya tanya ke mbaknya. Tetep gabisa. Harganya pas. Tapi, gimanapun juga cuman Rp. 6.000 doang? Rasanya tu kayak ketinggalan kereta baru 5 menit dan ini udah..?? Aduh dekk,, ini sungguh menyebalkan.
Sebenernya ada uang lagi, di ATM. Tapi mesin ATM nya jauh banget, dan aku terancam gak bisa pergi. Keretanya udah mau berangkat dalam hitungan jam. Udah gak ada waktu lagi. Aku langsung ke luar, ketemunya bapak bapak tukang becak. Waktu itu saya sempat jualan pulsa, saya mau jual ke bapaknya. Kan pas ya Rp. 6.000. Dilihatnya saya bersedih gitu, dikasihlah uang 20.000. Bukannya mengemis, tapi bapaknya kasihan. Saya nolak. Saya maunya ya cuma Rp, 6000 aja. Gak lebih. Saya pergi ke customer servis dan ngasih uang itu ke mbaknya dengan puas. Saya akhirnya dapat tiket. HOREEEEE *menangisterharu

Perjalanan menuju ke Jakarta masih awalan, dan ini baru saja dimulai.
Stasiun Gambir. Pukul 06.00 pagi. 6 Juli 2014. 
Pagi yang cerah itu saya mulai dengan bangun penuh iler. Yeah, ada beberapa part yang harus di sensor karena keadaan saya pas di kereta berantakan. Tapi ya seperti biasanya, kereta memang selalu nyaman. Saya tidak merasa pusing sama sekali, apalagi mau mabuk. Di dalam kereta juga saya tidur dengan nyenyak. No problem with kereta lah.
Paginya saya langsung disusul sama temen di stasiun Gambir. Manis bin imut banget. Dia terkejut luar biasa. "Yah ampun Vik, ni Jakarta. Kamu pakai gamis? Boncengnya susah dong tapi, ya sudahlah kalau beg beg begitu". Dia bilang lagi "Vik, kamu keren ya, pertama kali ke Jakarta langsung liat monas". "Heh, emang iya? Mana sih monasnya?" Dia menunjuk ke luar "Cape deh, Itu lho!" Dan akhirnya kami jjp(alias jalan jalan pagi) dulu mengitari Monas 2-3 kali dengan perbincangan berlanjut yang entah macam apa ini. 
"Vik, ni gara gara kamu deh"
"Kok gara-gara aku sih?"
"Iya tuh mataharinya gak keliatan. Kamu ke Jakarta, Jakartanya yang langsung mendung"
"Emang iya?"
"Iya lah aku sebel kalo ada petir bin hujan dateng. Kemarin kemarin tu Jakarta cuaca cerah. Kamu cepetan pergi deh dari Jakarta. Huh"
"Ngusir nih ceritanya? Iya iyaa aku pergi kok tenang aja habis interview ini. Lagian siapa mau tinggal di Jakarta lama-lama. Gak bagus juga, polusi, macet lagi. Aku yang heran kok kamu betah di sini" dengan nada mengejek puas. Hahahah.

Ruang menegangkan dalam istana
Akhirnya sampai juga. Inilah Kedutaan Turki untuk Indonesia. Aku sudah di depan gerbangnya. Bendera Turki berwarna merah dengan Bulan dan bintang putih di tengahnya itu bertebaran di mana-mana. 4-5 satpam menunggu di pos. Semua barang bawaan tidak boleh dibawa ke dalam bahkan HP sekalipun. Cuma berkas untuk interview saja. Mengambil foto pun dilarang. Penjagaannya ketat sekali. Saya masuk dengan beberapa anak yang sudah ada di dalam. Sajadah Turki terbentang di mana-mana. Saya berkenalan dengan seorang imut dari Kediri yang kuliah di Airlangga. Namanya mbak Zahra. Dan mbak Vivi dari Aceh. Kami banyak ngobrol dan ternyata kedua orang ini sungguh menjadi kawan karib dalam kehidupan selanjutnya setleah interview ini. Beberapa sudah dipanggil. Sebenarnya tidak ada absen di kloter pertama pukul 11.30. Hanya acak saja dan tidak urut. Terserah kalau mau masuk dulu atau tidak. Saya sedang ngobrol dengan kedua kawan ini dan kami mendapat jatah paling akhir. Inilah perang sebenarnya sedang dimulai. Ketika saya masuk dengan perlahan, saya mengucapkan salam dan melihat ketiga orang Turki yang berumur sepertinya bapak bapak tersebut, ketiganya menjawab salam saya. Deg-deg an itu pasti, tapi gak boleh berlebihan takutnya malah gagal. Ya udah seperti biasa mereka menanyakan beberapa pertanyaan dalam bahasa inggris (udah lupa pertanyaannya seperti apa). Begitu dia tanya saya langsung jawab aja dengan nyantai dan lugas, namun padat isi. Entahlah apakah ini kebiasaan orang Turki, tapi ketika mereka bertanya sesuatu sebelum kamu jawab sampai titik mereka akan bertanya lagi hingga seakan akan mengintimidasi kamu dan seperti mengancam. Yang penting sih jangan grogi apalagi nervous soalnya senjata yang kamu butuhkan adalah kepercayaan diri. Di ruang interview tersebut saya juga menyodorkan beberapa senjata yang telah saya siapkan seperti; sertifikat organisasi, olimpiade, dan beberapa foto kegiatan sosial yang telah saya jalani termasuk juga foto foto berhubungan dengan seni ketika saya sedang menari Reog ketika masih SMA pada pagelaran festival Reog. Mereka sepertinya tertarik, kemudian saya lanjutkan penjabaran tentang rencana ke depannya dengan penuh semangat kenapa saya pantas untuk meraih beasiswa ini.
Namun di akhir interview, salah seorang Turki bilang kalo saya harusnya kuliah di Universitas Gadjah Mada. Hah? What? Saat itu saya langsung diberi sebuah souvenir flashdisk Turkiye Burslari dan saya keluar dari ruangan itu. Dengan lemas tentu saja. mbak Zahra masuk ke ruangan dan Mbak vivi memberi saya kata motivasi bahwa masih ada harapan. Saya terharu, dan begitu saja langsung keluar Istana megah itu.
Begitu keluar ternyata sudah mengantri beberapa anak yang mau interview untuk kloter kedua. Saya jelaskan kepada teman teman yang lain, untuk tidak nervous dan gugup.
Setelah interview yang mendebarkan itu, sorenya langsung pulang. Keesokan harinya saya di sms kalau Jakarta cerah kembali. 

Wednesday 18 February 2015

Pengalaman Beasiswa S1 Turki Chapter#2 Dimana, ya?

Perhatikan Tanggal ! 
Bulan Januari-Februari adalah periode yang penting untuk "Para Pencari Beasiswa" karena di bulan-bulan ini Beasiswa umumnya sudah dibuka dan ditutup dalam jangka waktu "mingguan". Jika telat mendaftar, tahu sendiri akibatnya. Menyesal sekali. Sangat-amat menyesal, ketika saya dulu tidak jadi mendaftar Beasiswa Ancora Foundation Khazanah Malaysia karena telat mendaftar. Menangislah dulu saya sambil guling-guling. Padahal saat itu saya kira pertengahan Januari, eh ternyata tanggal 1 Januari 2013 sudah ditutup. 

Tahun Menegangkan, Tahun 2013
Penentuan dari masa depan dimulai di awal di tahun ini. Ketika saya dulu masih belum berumur genap 18 tahun, saya mencari peluang yang ada. Dari sekian banyak lowongan beasiswa dalam dan luar negeri yang sudah saya sebutkan di Chapter#1 hampir semuanya saya apply. Karena, dari 100 busur panah yang telah kita tembakkan, pasti ada satu yang meleset. Adalah prinsip saya ketika itu. Tanggal-tanggal penting seperti kapan beasiswa tersebut dimulai dan deadline-nya, saya tulis dan saya beri keterangan khusus di buku diary. Karena kebanyakan tanggalnya mepet dan hampir bersamaan.

Pergolakan di SMA
Masa pendaftaran SNMPTN melalui raport sudah dimulai. Berbondong-bondong manusia muda kelas 3 SMA dari seluruh penjuru negeri bernama Indonesia sungguh ramai untuk mendaftar. Karena pada tahun 2013 yang lalu SNMPTN sudah free of charge alias gratis tis tanpa membayar seperserpun seperti yang terjadi pada tahun lalu. Ketika anak anak lain masih sibuk konsultasi dengan BK, saya sudah memantapkan hati untuk memilih UI. Dambaan hati saya yang kece badaaai. 
Namun pilihan itu berujung fatal. Saya dianggap terlalu ketinggian dalam bermimpi. Oleh teman-teman, oleh guru-guru, oleh guru BK terutama. Jadilah saya bahan perbincangan yang empuk. Apalah dayaku yang hanya seorang gadis desa ini. Punya mimpi sekolah lagi di tempat yang bagus saja dianggap tabu.
Namun semangat untuk tetap setia pada hati masih ada, berkobar kobar di dalam dada. Ku bilang pada diriku sendiri, aku bisa.. *yeyeyelalala

Beasiswa yang lain
Persiapan itu lebih penting dari segalanya. Karena itu pencarian di satu beasiswa saja tidak cukup sepertinya. nah oleh karena itu diperlukan ketekadan yang sungguh untuk mendapatkannya. Kalau kata kak Siti(salah satu orang yang saya kagumi), just be the best of yourself! Tunjukkan yang terbaik yang kamu bisa lakukan. Semangat! 
Nah, ada beberapa beasiswa yang pernah saya apply dan saya rekomendasikan nih untuk adek adek...
1. Beasiswa Etos
Beasiswa ini dikeluarkan oleh lembaga yayasan Dompet Dhuafa. Sebuah yayasan yang bergerak di bidang sosial untuk membantu anak muda generasi Indonesia agar tidak putus sekolah, dll. Beasiswa ini mensyaratkan untuk lulus SNMPTN atau SBMPTN atau UM di universitas tertentu(umumnya PTN). Nah kalau lolos, dari beasiswa ini bisa dapat uang saku Rp. 500.000 perbulannya selama satu tahun full dan mungkin seterusnya juga akan dapat lagi. Selain itu juga dapat pembinaan. Pembinaan ini yang menurut saya penting karena anak muda itu serba ingin tahu dan kalau teman-temannya tidak tepat apalagi tidak terarah sulit untuk di rehabilitasi lagi. Nah pada saat itu saya nge apply nya sekitar bulan Februari. Seleksinya meliputi seleksi dokumen dan seleksi wawancara. Setelah saya keterima seleksi dokumen, sekitar sebulan kemudian saya pergi untuk test wawancara yang saat itu bertempat di Gedung Teknik Sipil ITS di Surabaya (yang paling dekat di area Jawa Timur).
2. Beasiswa Universitas Paramadina
Universitas pimpinan Bpk. Anies Baswedan ini kata beberapa orang dianggap universitas Islam yang banyak JIL-nya. Tapi menurut saya sih, gapapa kuliah di situ. Nah, beasiswa ini lumayan banyak persyaratannya. Tapi udah di cover semua dari biaya kuliah dan juga termasuk biaya hidup selama kuliah di situ. Sebanding lah..
3. Beasiswa Universitas Al Azhar Indonesia
Dulu nggak begitu populer di antara beasiswa yang lain, karena informasinya lumayan minim sih. Tapi boleh dicoba juga kalo adek adek mau. 
4. Rajin rajin seaching aja ya..

Pengalaman Beasiswa S1 Turki Chapter#1 Merajut mimpi


Kalau kita cari berapa banyak motivasi untuk meraih mimpi? Beribu-ribu. Namun kalimat motivasi yang telah kita dapat entah dari orang di sekitar, guru, ataupun dari internet tidak ada gunanya sama sekali jika kita tak mau berusaha untuk mendapatkannya dengan sungguh-sungguh. Dengan kata lain, satu tindakan lebih berharga daripada jutaan kata-kata.

Hmm.. Kalau kata Arai yang diucapkannya kepada Ikal dalam novel triloji Laskar Pelangi : "Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati, mungkin setelah tamat SMA kita akan mendulang timah dan menjadi kuli, tetapi disini kita tidak akan mendahului nasib!!”
Baiklah sohib di manapun anda berada, kali ini saya tidak sedang membahas tips dan trik cara mendapatkan beasiswa, karena itu semua tergantung pada usaha diri anda masing-masing untuk mendapatkannya. Dan jujur saja, saya tidak punya satupun "trick" untuk dibagikan kecuali USAHA, DOA, dan RAHMAT DARI ALLAH SWT.
Bicara tentang mendapatkan Beasiswa di Turki, sungguh ini merupakan salah satu hal yang cukup panjang untuk dijabarkan.Bagaimanapun, Beasiswa adalah sebuah "rezeki" yang dalam mendapatkannya dibutuhkan kerja keras.
This is my story..
Tahun 2006
Cerita ini bermula dari seorang gadis yang masih duduk di bangku kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah. Suatu malam, gadis kecil yang bahkan belum bisa membersihkan ingusnya sendiri ini tidak dapat tidur dan ia memutuskan untuk nonton TV sendirian di tengah malam. Dia hanya bisa mendengarkan suara langkah kakinya sendiri di ruang tamu, kemudian apa yang terjadi sungguh tidak dapat diduga. Ia mendengarkan suara seorang wanita. Wanita itu melototi gadis itu dan bicara sendiri. Ternyata wanita tersebut adalah penyiar berita di TV! (serius amat bacanya)
Gadis itu kemudian merinding. Ia ingin mendapatkan apa yang mbak mbak penyiar berita itu siarkan. Yahhhh.. Di sinilah mimpi itu bermula. Dan inilah titik balik dari kehidupan seorang gadis yang biasa-biasa kemudian bisa melanjutkan mimpinya untuk sekolah ke luar negeri.
Apa yang sebenarnya gadis ini tonton? Dan kenapa ia jadi merinding?
Gadis ini menonton berita terhangat dan cetar membahana badai menggelora. Pemerintah Jepang membuka Beasiswa S1 S2 dan S3 untuk anak-anak generasi hebat dari Indonesia yang ingin meneruskan sekolah ke Jepang lewat program Monbukagakusho.
Efek dari menonton berita ini, anak kecil yang tadinya masih bau ketek ini tumbuh menjadi seseorang yang bersemangat untuk belajar.. belajar.. dan belajar... dan tentu saja ingin sekolah ke Jepang.
6 tahun kemudian,
Tahun 2012
Persiapan ujian akhir menjadi semakin serius. Sudah tidak ada waktu lagi untuk bermain-main. Entah main kelereng, main Hp, atau main mainan yang lain-lain. Terutama Di akhir tahun 2012 sudah intensif untuk belajar khusus Ujian Akhir Nasional. Otak sudah penuh rasanya dengan ujian, dan juga ditambah memikirkan kehidupan setelah ujian ini. 
Tahun 2013
Kesempatan Kuliah
Ada tawaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang hanya perlu memakai nilai Raport dan UN sekaligus Bidik Misi (Beasiswa pembiayaan selama kuliah). Kalau misalkan tidak diterima masih ada peluang untuk test SBMPTN dengan memakai Bidik Misi juga. Kalau belum bisa masih bisa Ujian Mandiri (UM) di perguruan tinggi yang diinginkan. Beasiswa dari Perguruan Tinggi Swasta juga ada yang memberikan beasiswa partial hingga full seperti: Beasiswa Universitas Paramadina, Beasiswa Universitas Al Azhar Indonesia, dan Beasiswa Universitas Bakrie.
Mimpi untuk bisa sekolah di luar negeri masih berlanjut. Ketika seseorang yang paling dekat dengan kita alias MOMMY tidak ada untuk mendukung impian kita, sakitnya tuh di sini..! Saya sengaja untuk tidak menceritakan apapun kepada beliau, takutnya dianggap omong kosong sebelum benar-benar diterima kuliah dengan beasiswa. Saya tahu saya nekat sekali. Namun, keinginan untuk membahagiakan ibu dengan paling tidak bisa BERDIKARI seperti kata Soekarno sungguh mendesak saya untuk mewujudkannya dengan sekuat tenaga.. Berdiri di atas kaki sendiri. Cikiciu.
Beberapa mimpi itu saya tulis di sebuah diary, yang menjadi sebuah rekaman perjalanan hidup saya yang terjal dan berliku ini seperti mendaki gunung ketika saya masih ikut Saka Bhayangkara dulu *mengenang
Kesempatan untuk melanjutkan sekolah di luar negeri full beasiswa menurut wangsit dari Mbah Google yang sakti bin mandraguna itu bisa saya tuliskan beberapa: Beasiswa Monbukagakusho dari Jepang, Beasiswa Ancora Foundation Khazanah Malaysia, Beasiswa Petronas University Malaysia, Beasiswa CIMB Niaga, dan Beasiswa Turkiye Burslari.